Kawasan Karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Foto: Sofyan/sf

Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi VII DPR RI ke Sulawesi Selatan Tamsil Linrung meminta PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Bosowa ikut menjaga Kawasan Karst Rammang-Rammang, di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Apalagi, Unesco juga berencana menjadikan kawasan Karst Rammang-Rammang menjadi salah satu warisan dunia.

“Tugas perusahaan bukan hanya dari aspek finansial, tetapi juga harus menjaga lingkungan. Salah satunya Kawasan Karst Rammang-Rammang, dimana Unesco, atau Badan Organisasi Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan untuk menjadi karst itu sebagai warisan dunia,” ungkap Tamsil seusai memimpin pertemuan Tim Kunspek Komisi VII DPR RI dengan direksi kedua perusahaan itu, di Sulsel, baru-baru ini.

Kepada kedua perusahaan semen yang memasok ke wilayah Indonesia Timur itu, Komisi VII DPR RI menekankan agar penanganan lingkungan dilakukan dengan serius. Termasuk kepada Kawasan Karst Ramang-ramang agar benar-benar diperhatikan. “Itu juga menjadi tugas PT Semen Tonasa dan Bosowa untuk menjaga Karst Ramang-ramang,” tandas legislator PKS ini.

Kawasan Karst Rammang-Rammang merupakan karst terbesar ketiga di dunia setelah China Selatan dan Vietnam. Karst (pegunungan kapur) merupakan bentuk bentang alam khas yang terbentuk akibat proses pelarutan suatu kawasan batuan karbonat (batuan mudah terlarut), sehingga menghasilkan bentuk permukaan bumi yang unik dengan ciri exokarst (di atas permukaan) dan indokarst (di bawah permukaan).

Karst terbesar ketiga di dunia ini begitu megah dan ditumbuhi tumbuhan subur. Sekilas, pemandangan tersebut agak mirip dengan Krabi di Thailand. Bedanya adalah karst di Kabupaten Maros ini berlokasi di tengah hamparan sawah dan Sungai Pute. Sedangkan Krabi berlokasi di tengah lautan. Bagian bawah karst tersebut mirip dengan tekstur batu karang jika dilihat dari dekat. (mp/sf)